Gedicht
Goenawan Mohamad
PASTORAL
I15 meters from the road to Batuan, there is a dike on a river’s edge, and
the din of someone driving away birds,
someone wading down to the river, singing,
someone tasting the stream,
trailing the sound
of cold’s smacking
on the pores of the forest,
currents that comb the boulders,
boulders which, like the shoulders of an ox, hold you back.
At 7:15, the river limpid disrobes you
II
Sometimes I want
us to vanish like a pair of lizards
in wild grass
like luster—
III
Perhaps the time has come
for us to let words
be bewitched by the spread of moss
or by torrents
and furrows
that shrivel
Perhaps the time has come
for us to be bewitched
IV
Meanwhile in the south
hay has been stacked,
and folks are busy
driving away birds,
“Hai! Hai! Hai!”
A row of storks
punches its bulbous white
on rice
V
Tell me, why upon your perfect body,
the river doesn’t seem to touch
a thing?
VI
Perchance tied is
lotus
to water
Perchance tied is
water
to green
Perchance tied is
eternity
to leaf
I still fear
death’s acrid odor
at nightfall
like sin
VII
Seconds are thorns
that spread
into mid October
and so the day itches,
and death descends,
upon the watch that weaves cotton
into dew
VIII
When you touch the petals of putrimalu
you see
the stems of time
IX
The transient
cannot hold on to
stars lost
in the Milky Way
That which quivers
will be erased
Those who make love
will cease to make love
But I remember a poem
that pleads: “Lay your sleeping head, my love,
human on my faithless arm”
X
The next day, someone sends a postcard to the hut:
“I like Malacca. The walls of the Portuguese,
the street in early morning’s rumble,
old roof-tiles on a Chinese warehouse,
the port’s curvature, the colour of ships, and food stalls.”
That someone does not give a name.
XI
Maybe indeed there is a city,
so faraway. Or a bay
so faraway
Hmm . . .
What is the meaning of an end?
XII
15 meters from the road to Batuan, there is a dike
on a river’s edge. Sometimes I want
us to fall, like butterflies falling
from a branch
before the certainty of death
© Translation: 2004, Laksmi Pamuntjak
From: Goenawan Mohamad: Selected Poems
Publisher: KataKita, Jakarta, 2004
From: Goenawan Mohamad: Selected Poems
Publisher: KataKita, Jakarta, 2004
Pastoral
Pastoral
I15 meter dari jalan ke Batuan, ada pematang pada tebing, dan
seseorang hingar menggusah burung,
seseorang turun ke kali dan menyanyi,
seseorang mencicipi alir,
mengikuti bunyi
kercap dingin
liang hutan,
arus yang menyisir batu
batu yang, seperti pundak kerbau, menahanmu
Pada pukul 7:15, jernih sungai menelanjangimu
II
Terkadang aku ingin
Kita hilang seperti kadal
di ilalang
seperti kilau—
III
Mungkin sudah tiba saatnya
kita membiarkan kata
terpesona pada luas lumut
atau pada jeram
dan parit
yang menciut
Mungkin sudah saatnya
kita terpesona
IV
Sementara di selatan
jerami telah dihimpun,
dan orang hingar
menggusah burung,
“Hai! Hai! Hai!”
sebaris bangau
membubuhkan putihnya
pada padi
V
Katakan, kenapa di tubuhmu yang sempurna
sungai seperti tak menyentuh
apa-apa?
VI
Misalkan terkait
teratai
pada air
misalkan terkait
air
pada hijau
misalkan terkait
kekal
pada daun
aku akan tetap takut
sengak maut
pada petang yang rembang
seperti dosa
VII
Detik adalah lugut
yang bertebar
di tengah oktober
dan hari gatal,
dan ajal turun,
pada jam yang menyulap kapas
ke dalam embun
VII
Saat kau sentuh putrimalu
kau lihat
tangkai waktu
IX
Yang sementara
tak akan menahan
bintang hilang
di bimasakti
Yang bergetar
akan terhapus
Yang bercinta
akan berhenti
Tapi aku teringat sebuah sajak
yang meminta: “Sandarkan sirahmu, kekasihku,
ke lenganku yang tak percaya”
X
Esoknya, ke dangau itu seseorang mengirim kartupos:
“Aku suka Malaka. Tembok orang Portugis,
jalan pada deru pagi,
gudang Cina dengan genting tua,
liku bandar, warna kapal, dan kedai-kedai.”
Orang itu tak menyebutkan namanya.
XI
Barangkali memang ada sebuah kota
yang begitu jauh. Atau sebuah teluk
yang begitu jauh
Hmm . . .
Apa arti sebuah ujung?
XII
15 meter dari jalan ke Batuan, ada pematang
pada tebing. Terkadang aku ingin
kita jatuh, seperti rama-rama jatuh
dari dahan
sebelum mati yang pasti
© 2002, Goenawan Mohamad
From: Goenawan Mohamad: Selected Poems
Publisher: KataKita, Jakarta
From: Goenawan Mohamad: Selected Poems
Publisher: KataKita, Jakarta
Gedichten
Gedichten van Goenawan Mohamad
Close
Pastoral
I15 meter dari jalan ke Batuan, ada pematang pada tebing, dan
seseorang hingar menggusah burung,
seseorang turun ke kali dan menyanyi,
seseorang mencicipi alir,
mengikuti bunyi
kercap dingin
liang hutan,
arus yang menyisir batu
batu yang, seperti pundak kerbau, menahanmu
Pada pukul 7:15, jernih sungai menelanjangimu
II
Terkadang aku ingin
Kita hilang seperti kadal
di ilalang
seperti kilau—
III
Mungkin sudah tiba saatnya
kita membiarkan kata
terpesona pada luas lumut
atau pada jeram
dan parit
yang menciut
Mungkin sudah saatnya
kita terpesona
IV
Sementara di selatan
jerami telah dihimpun,
dan orang hingar
menggusah burung,
“Hai! Hai! Hai!”
sebaris bangau
membubuhkan putihnya
pada padi
V
Katakan, kenapa di tubuhmu yang sempurna
sungai seperti tak menyentuh
apa-apa?
VI
Misalkan terkait
teratai
pada air
misalkan terkait
air
pada hijau
misalkan terkait
kekal
pada daun
aku akan tetap takut
sengak maut
pada petang yang rembang
seperti dosa
VII
Detik adalah lugut
yang bertebar
di tengah oktober
dan hari gatal,
dan ajal turun,
pada jam yang menyulap kapas
ke dalam embun
VII
Saat kau sentuh putrimalu
kau lihat
tangkai waktu
IX
Yang sementara
tak akan menahan
bintang hilang
di bimasakti
Yang bergetar
akan terhapus
Yang bercinta
akan berhenti
Tapi aku teringat sebuah sajak
yang meminta: “Sandarkan sirahmu, kekasihku,
ke lenganku yang tak percaya”
X
Esoknya, ke dangau itu seseorang mengirim kartupos:
“Aku suka Malaka. Tembok orang Portugis,
jalan pada deru pagi,
gudang Cina dengan genting tua,
liku bandar, warna kapal, dan kedai-kedai.”
Orang itu tak menyebutkan namanya.
XI
Barangkali memang ada sebuah kota
yang begitu jauh. Atau sebuah teluk
yang begitu jauh
Hmm . . .
Apa arti sebuah ujung?
XII
15 meter dari jalan ke Batuan, ada pematang
pada tebing. Terkadang aku ingin
kita jatuh, seperti rama-rama jatuh
dari dahan
sebelum mati yang pasti
From: Goenawan Mohamad: Selected Poems
PASTORAL
I15 meters from the road to Batuan, there is a dike on a river’s edge, and
the din of someone driving away birds,
someone wading down to the river, singing,
someone tasting the stream,
trailing the sound
of cold’s smacking
on the pores of the forest,
currents that comb the boulders,
boulders which, like the shoulders of an ox, hold you back.
At 7:15, the river limpid disrobes you
II
Sometimes I want
us to vanish like a pair of lizards
in wild grass
like luster—
III
Perhaps the time has come
for us to let words
be bewitched by the spread of moss
or by torrents
and furrows
that shrivel
Perhaps the time has come
for us to be bewitched
IV
Meanwhile in the south
hay has been stacked,
and folks are busy
driving away birds,
“Hai! Hai! Hai!”
A row of storks
punches its bulbous white
on rice
V
Tell me, why upon your perfect body,
the river doesn’t seem to touch
a thing?
VI
Perchance tied is
lotus
to water
Perchance tied is
water
to green
Perchance tied is
eternity
to leaf
I still fear
death’s acrid odor
at nightfall
like sin
VII
Seconds are thorns
that spread
into mid October
and so the day itches,
and death descends,
upon the watch that weaves cotton
into dew
VIII
When you touch the petals of putrimalu
you see
the stems of time
IX
The transient
cannot hold on to
stars lost
in the Milky Way
That which quivers
will be erased
Those who make love
will cease to make love
But I remember a poem
that pleads: “Lay your sleeping head, my love,
human on my faithless arm”
X
The next day, someone sends a postcard to the hut:
“I like Malacca. The walls of the Portuguese,
the street in early morning’s rumble,
old roof-tiles on a Chinese warehouse,
the port’s curvature, the colour of ships, and food stalls.”
That someone does not give a name.
XI
Maybe indeed there is a city,
so faraway. Or a bay
so faraway
Hmm . . .
What is the meaning of an end?
XII
15 meters from the road to Batuan, there is a dike
on a river’s edge. Sometimes I want
us to fall, like butterflies falling
from a branch
before the certainty of death
© 2004, Laksmi Pamuntjak
From: Goenawan Mohamad: Selected Poems
Publisher: 2004, KataKita, Jakarta
From: Goenawan Mohamad: Selected Poems
Publisher: 2004, KataKita, Jakarta
Sponsors
Partners
LantarenVenster – Verhalenhuis Belvédère